My Labor Story

9:22 PM


Aloha!

Setelah beberapa minggu di awal tahun 2018 akhirnya aku menyempatkan diri untuk menulis lagi karena aku disibukan dengan persiapan kelahiran dan merawat sang buah hati yang sudah kami nantikan. 

Tepat tanggal 4 Januari 2018 kemarin, puji Tuhan bayi yang aku kandung selama 38 minggu 6 hari lahir ke dunia dengan selamat dan sehat sejahtera. Kemarin pas tahun baru sih uda siap-siap aja bakalan ke rumah sakit, karena sudah terlihat ada tanda kontraksi sedikit. Dikira bakalan tahun baru di rumah sakit, tapi deboy mungkin masih sedikit betah di perut, dan mungkin takut kaget denger suara kembang api kali hihihi.

Aku mau sharing sedikit tentang cerita kelahiran bayiku ini. Dari awal aku dan dukungan suami bertekad untuk melahirkan secara normal, karena memang kondisi aku dan bayi semuanya baik dan sehat. Aku pun juga sudah mengumpulkan mental yang cukup kuat untuk melahirkan secara normal. Jujur dari kehamilan di bulan ke 8, rasa takut karena kebayang sakit yang luar biasa terus ada di pikiranku. Tapi balik lagi, ketakutan itu wajar dan aku mencoba untuk pasrah sama semua prosesnya.

Tanggal 2 Januari 2018, tanda kelahiran sudah mulai muncul ketika ada keluar lendir darah di pagi hari, tapi aku belum merasakan mules apa-apa. Untung banget kejadiannya di pagi hari dimana suami belum berangkat kerja, jadi suami bisa siaga di rumah. Aku pun kaget dan sudah berjaga-jaga "mungkin sekarang saatnya" yang selalu ada di otak aku. Jam 10.00 kami memutuskan ke rumah sakit untuk mempertanyakan lendir darah tersebut, sekalian cek pembukaan. Sampai di rumah sakit aku langsung di bawa ke ruang bersalin untuk dilakukan CTG dan cek dalam. Pertama kalinya masuk ke ruang bersalin, seperti itu toh ruangannya. Nah, soal proses cek dalam, aku belum pernah ada bayangan, ya ampun ternyata MENYEBALKAN ya! Sakit banget! 

Pas di cek dalam sama bidan, ternyata sudah pembukaan 1, tapi aku belum merasakan mules sama sekali. Akhirnya setelah ditunggu kurang lebih sekitar 4 jam di ruang bersalin, masih tetap pembukaan 1. Setelah bidan updated status kondisi aku ke dokter, dokter menyarankan ke kami untuk pulang terlebih dahulu. Kalo sudah sampai mules, baru balik ke rumah sakit lagi. Kebetulan banget obgyn yang biasa aku kontrol sama beliau lagi cuti sampai tanggal 3 Januari.

Lalu esokan harinya di tanggal 3 Januari siang hari, ada keluar lendir darah lagi. Kemudian aku langsung hubungi suami untuk bisa pulang lebih cepat dari kantor. Pas jam 7 malam, eng ing eng! Aku mulai merasakan mules di bagian perut bawah. Mules banget. Pas banget suami sampai rumah. Aku mencoba duduk tenang sambil sibuk melihat jam, mengecek durasi mules yang terjadi. Pada saat itu mules yang aku rasakan terjadi sekitar 15-25 menit sekali dengan durasi mules kurang lebih selama 1-2 menit. 

"Kita lihat sampe jam 9/10 malam ya, kalo masih mules, kita ke RS." kataku ke suami.

Benar saja, mules makin sering terjadi sampai jam 23.00, dan durasinya makin sering. Akhirnya kita siap-siap ganti baju dan langsung cusss ke rumah sakit. Selama perjalanan, aku masih bisa menahan rasa mulesnya, bahkan pas di mobil kita sempet kepikiran untuk delivery McD hahaha!

Sepanjang malam itu pastinya aku ga bisa tidur sama sekali setiap kontraksi datang, tapi beberapa kali bidan datang ke ruang bersalin untuk cek dan bilang aku harus istirahat untuk menyimpan tenaga buat lahiran, "takutnya ibu bisa lahiran di pagi harinya, jadi ibu istirahat sebisanya ya, bu."

Rasa menahan sakit mules tuh susah minta ampun. Kita ga boleh meringis kesakitan, ga boleh merem, ga boleh teriak. Kalo meringis kesakitan, otot pembukaannya malah bisa tegang dan bisa membuat pembukaan makin lambat. Jadi harus rileks, tarik nafas dalam-dalam dan mikir yang baik-baik. Selama mules terjadi, aku cuma bisa afirmasi, "Liburan ke Bali... Liburan ke pantai... Nanti ajak deboy ke pantai...", plus dukungan suami juga sangat penting, kasih belaian, pelukan, kasih cerita lucu, dsb.

Mules terus terjadi sampai pagi harinya di tanggal 4 Januari. Sekitar jam 14.00, obgyn yang biasa aku kontrol dengannya sudah masuk dari cuti. Lalu mulai proses yang paling aku benci, cek dalam. Ternyata sudah bukaan 5! Makin deg-degan. Pas bukaan 5 ini, obgyn aku bilang kalo kepala deboy belum juga masuk panggul, dan setelah di cek ternyata bentuk mulut rahim aku agak MIRING. Aku langsung down dan shock! Kepikir koq bisa sih ga ketauan pas USG terakhir (USG terakhir dilakukan tanggal 30 Desember 2017 oleh obgyn pengganti, karena obgyn aku cuti). Saat itu juga aku langsung ditawarin 2 pilihan sama dokter. Pilihan pertama, tunggu progres sekitar 4 jam kemudian, optimis pembukaan bisa semakin besar. Kedua, diinduksi dan ketubannya dipecahin, tapi ga ada jaminan kepala deboy bakalan masuk panggul, kalo belum masuk panggul juga ya jalan terakhir adalah operasi sectio. Akhirnya kami memilih untuk menunggu.

Jam 17.00, obgyn kembali datang untuk cek dalam, sudah bukaan 7, tapi kepala deboy belum juga masuk panggul. Aku semakin stres dan bingung. Elus-elus perut dan afirmasi ke deboy, "de, ayo pasti bisa de, berjuang ya, kepalanya masuk ya, mama papa mau ketemu kamu..."

Obgyn kembali menawarkan pilihan, kali ini sedikit berbeda pilihannya, diinduksi tapi tetap ga ada jaminan kepala bayi bakalan masuk panggul, atau langsung sectio.

Aku dan suami saling menatap dan berdoa, menentukan pilihan (sembari aku menahan mules yang datangnya semakin sering, bisa 1-2 menit sekali). Dengan berpikir bijaksana dan tenang, akhirnya aku memutuskan untuk langsung sectio saja karena toh dokter juga ga menjamin kepala bayi bisa masuk panggul, daripada kerja 2x nanti ujungnya juga sectio, plus kalo air ketubannya dipecahin, risiko bayinya dipaksa keluar dan bisa stres. Perasaanku sudah campur aduk, antara sedih karena ga bisa merasakan lahiran normal, tapi juga makin excited, uda ga sabar mau ketemu deboy.

Keputusan sudah dibuat. Jam 18.00, akhirnya aku dipersiapkan untuk operasi sectio. Infus mulai dipasang, ruangan operasi dipersiapkan. Sayangnya sebetulnya obgyn dan dokter anestesi sudah praktek di tempat lain. Lalu aku tanya ke bidan jam berapa saya bisa di sectio? "Kurang lebih sekitar jam 19.30, bu."

WHAT ?!! 

Aku bakalan nunggu 1,5 jam lagi? Menahan mules 1,5 jam itu rasanya uda kaya bertahun-tahun. Mules yang datang sudah 1 menit sekali, artinya aku harus menunggu dan merasakan mules sekitar 90 kali lagi! Langsung aku teriak, "suster, tolong aku sudah ga tahan... tolong hubungi dokter untuk datang segera, tolong ya sus..."

Jelas aku sudah ga tahan, 23 jam menahan mules, dan infus yang sudah terpasang di tangan kiri, cuma bisa mengandalkan tangan kanan untuk meremas sprei karena menahan sakit sambil tarik napas dalam-dalam, sesekali aku teriak. Suami juga tetap setia berada di samping untuk kasih doa, semangat dan belaian. Mungkin bidannya juga uda kasian lihat aku meringis, akhirnya aku bisa dimulai sectio sekitar jam 18.45. Aku langsung lega. Mungkin obgyn aku juga datang ke RS uda pakai ngebut :D



Mulai masuk ke ruangan operasi, aku dan suami terus berdoa, dan semakin excited karena sebentar lagi ketemu bayi di dalam perutku ini. Suami juga sudah mulai mengabarkan keluarga dan sahabat untuk mohon doanya supaya operasi berjalan dengan lancar. Dinginnya minta ampun ruangan operasi itu, bahkan tangan aku sampai gemetar. Lalu punggung aku mulai disuntik untuk bius lokal dan operasi pun dimulai. Suasana di dalam ruangan operasi ternyata ga menakutkan yang aku kira. Ruangannya rame kaya pasar, karena obgyn, dokter anak, dokter anestesi, bidan, dll semuanya bawa suasana operasi dengan santai. Beberapa kali aku diajak bercanda sama mereka, jadi biar aku pun juga ga tegang. Obgyn aku yang biasanya cool juga aku lihat beberapa kali bercanda dan tertawa. Aku sama sekali ga kepikir, "awas salah gunting aja...", malahan aku santai banget dan senyum sama mereka.

Ga lama kemudian, perut atas aku mulai didorong dan ga lama kemudian terdengar tangisan bayi kencang. Bayi itu kemudian diangkat oleh obgyn untuk diperlihatkan ke aku.

YA TUHAN, AKU JADI IBU...

Langsung nangis terharu, makin terharu lagi ketika deboy sudah sedikit dibersihkan, aku kecup wajahnya dan langsung ditempatkan di dadaku untuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Senang dan bersyukur bukan main. Yang tadinya masih 'nyangkut' di perut aku berjam-jam, sekarang anakku sudah lahir. Berkali-kali bilang, "terima kasih Tuhan... Praise the Lord..."

IMD yang dilakukan juga cukup lama, kurang lebih selama 1 jam (Yes, St. Carolus hospital, i love you!). Jadi aku bisa puas banget lihat deboy yang nemplok di dada aku.

Ya, kamu adalah anugerah yang paling indah di awal tahun 2018 ini, Sabriel Evano Masran. 

Oya, soal mulut rahim aku yang miring, obgyn aku mengabarkan ke suami kalo ternyata ga miring sama sekali. Yang membuat kepala deboy ga masuk ke panggul adalah... kepala dia sendiri yang mendongak ke atas hahaha! Kondisi ini baru kelihatan setelah operasi berlangsung. Ya sudah berarti emang jalan yang dia pilih adalah seperti ini, dengan operasi sectio ini. Yang terpenting bagi kami adalah aku dan deboy sehat dan selamat.

Aku mengucap syukur kepada Alam Semesta yang sudah mengijinkan aku dan suami untuk bisa memulai status baru yang naik kelas, status yang menjadikan kita untuk bisa lebih bijaksana dan lebih dewasa lagi, yaitu menjadi orang tua. Terima kasih juga kepada saudara, teman, dan orang-orang yang turut mendoakan kami.

Aku juga doakan bagi pasutri yang sedang menantikan buah hati untuk bisa diberikan keturunan tepat pada waktuNya, tetap optimis dan jangan menyerah, selalu ada harapan di setiap doa dan niat yang baik.

Tugas selanjutnya pastinya lebih menantang, kisah menyusui dan membesarkan Evan. Perjalanan masih panjang tentunya, tapi dicoba untuk dinikmati saja. ENJOY EVERY MOMENT :D

Thank you, God. Thank you, universe.


Thank you for reading!


Xoxo,



You Might Also Like

2 comments

  1. Ci Susy, congratulation yaaa! Baby Sabriel looks cute and welcome (and enjoy!) parenthood! :D

    Duh, KEBAYANG bangettt nahan sakit kontraksi dan harus nunggu dokter dateng pulak! Apapun prosesnya yang penting baby dan mommy selamat dan sehat, ya. Dan btw, cek dalam itu emang NYEBELIN banget, sih! :/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Jane, makasi ya :)
      Iya makin besar bukaannya, uda makin sakit keluar keringat dingin hahahaha

      Delete