#SweetEscape (Part II) Aussie Trip : Melbourne
11:40 AMEntah ada magnet apa dengan ibukota di Australia ini, selalu bikin kangen dan pengen balik kesana. Pas ada acara kantor kemarin di Perth, aku hanya kepikiran untuk extend ke Melbourne aja, bener-bener uda kangen. Meskipun aku ga pernah jadi citizen disana dan hanya pernah liburan selama 1 minggu, rasanya pengen balik terus.
Friendly, fresh green, and tasty food. Tiga kata itu yang bisa aku gambarkan tentang Melbourne.
Friendly, karena warga sana ramah, even ga pernah ketemu sebelumnya, bisa langsung nyambung untuk ngobrol.
Fresh green, disana udaranya bersih, banyak pohon dan taman. Rasanya pengen guling-gulingan di atas rumput. Enak banget untuk duduk-duduk piknik, sambil lihat anak-anak kecil main di taman. Bakalan lebih seru lagi kalo lagi piknik dan ngobrol bareng keluarga atau sahabat.
Tasty food. Yes ini juga yang bikin kangen. Hampir semua restoran, makanan pinggiran, dan coffee shop disana enak-enak dan suasananya menyenangkan. Makanan Thailand, Chinese, Korea, Jepang, dan Western sendiri semuanya juga super enak! Mungkin karena banyak warga pendatang yang tinggal disini, jadi cita rasa makanan dari negara mereka ga ditinggalkan. Buat yang mencari makanan halal, bisa ditanya dulu ya halal/non halal sebelum pesan, karena banyak juga nih restoran yang menjual makanan ga halal.
Berhubung awal Maret ada kesempatan untuk short trip ke Perth, jadi aku dan suami sekalian extend ke Melbourne karena masih banyak tempat yang belum dikunjungi pas honeymoon pertama kalinya 2 tahun lalu. Cuacanya juga pas banget untuk jalan-jalan, terik tapi adem semriwing. Oh ya, di Melbourne jauh lebih dingin daripada di Perth, bahkan anginnya juga cukup kencang. Aku hanya bawa cardigan yang ga terlalu nampol juga untuk menahan angin. Malahan Stephen sama sekali ga membawa jaket atau cardigan. Jadi sebaiknya siap-siap bawa jaket yang lebih hangat.
Read more : How I Miss You, Melbourne
**Day 1**
Maedaya Japanese Restaurant
Perjalanan dari Perth ke Melbourne makan waktu 3,5 jam, dan ada perbedaan waktu 3 jam antara Perth dan Melbourne tersebut. Jadi 6,5 jam di hari pertama sudah terpakai untuk perjalanan. Bahkan bisa dibilang kami 'skip' makan siang karena ada perbedaan waktu keduanya. Sampai di bandara kami dijemput oleh sahabat kami yang sudah stay disana beberapa tahun. Langsung 'diculik' ke restoran Jepang yang sudah di booking sebelumnya. Ternyata tempatnya ramai banget. Kalo ramai, sudah pasti enak punya. Dan bener, super enak!
Letak restoran ini di area Richmond, kalo di peta sih ga terlalu jauh dari pusat. Variasi makanan di sini juga banyak banget, ga cuma sekedar sushi dan sashimi, tapi ada juga sumiyaki, teppanyaki, rice and noddle, dan side dish lainnya yang bikin ngiler! Kalo pernah makan di Genki, nah cara pemesanannya juga sama, pakai iPad, tapi bedanya anter makanannya ga pake shinkansen hehehehe. Sayang aku ga sempat mendokumentasikan makanan-makanannya, uda keburu laper hihihi. Untuk reservation bisa cek disini ya.
Malamnya kami langsung ke tempat AirBnb yang sudah dibooking. Bersih, mewah, cozy banget, dan stategis, karena dekat banget dengan stasiun tram dan masih di area CBD. Kami baru sempat untuk booking AirBnb ini seminggu sebelum keberangkatan, dan ga 'ngeh' juga kalo yang kita pesan adalah Private Room, bukan Entire House. Jadi pas sampai di apartemen, kami bingung koq ada sepeda, laptop, masih bingung, "ini boleh dipakai semua ya?". Ternyata pemiliknya juga tinggal disitu, hanya beda kamar. Cuma karena pemiliknya lagi keluar jogging sebentar, jadi kami kira ga ada penghuninya. Sepuluh menit kemudian kami bertemu dan ngobrol dengan host disana. Orangnya untungnya baik dan ga mengganggu privasi kami selama 4 malam kami menginap. Detail AirBnb yang kami pesan bisa dilihat disini ya.
**Day 2**
Enjoy The City
Schnitz
Max Brenner
State Library of Victoria
Hellenic Republic
Hari kedua ini kami isi dengan leha-leha menikmati city dan sedikit berbelanja di Queen Victoria Market, sembari mencari informasi untuk bisa menyewa mobil. Kondisi kota di Melbourne ga banyak berubah, hanya lebih ramai dari sebelumnya. Mungkin pendatang yang tinggal disini makin bertambah, karena Melbourne memang salah satu kota nyaman yang terbaik di dunia.
Kalo yang pernah mendengar makanan Chicken Schnitzel, kami selalu suka di tempat makan Schnitz. Enak dan porsinya besar banget, apalagi chipsnya, so far kentang goreng disini yang menurut kami paling enak! Sore harinya ga lupa kami melepas kangen dengan Max Brenner, salah satu kedai coklat terbaik di sini, dan melepas kangen dengan suami yang kemarin-kemarin juga sibuk :p
Di area Schnitz ini juga dekat dengan perpustakaan terbesar di Melbourne. Siapa pun boleh masuk ke sini. Banyak juga yang nongkrong di depan halaman perpustakaan. Sangat luas dan megah, lengkap dengan koleksi buku yang banyak, mungkin koleksinya bisa ratusan ribu buku atau bahkan jutaan. Aku sih ga baca buku disini, hanya sekedar foto dan penasaran aja hehehe... Tapi kalo lagi killing time, boleh bersantai sambil baca buku disini.
Sore harinya kami janjian dengan teman lama yang sudah tinggal di Melbourne beberapa tahun. Pilihan tempat makan kami serahkan ke teman kami, karena mereka ada banyak rekomendasi, salah satunya restoran Yunani. Sebelumnya aku juga ga pernah kebayang makanan Yunani tuh seperti apa? Entah seperti daging-dagingan atau gimana. Nama restorannya Hellenic Republic, yang ternyata pemiliknya salah satu anggota juri Master Chef, George Calombaris. Letaknya di suburb kota Melbourne, tapi ga nyangka, worth it banget! Jadi kami ga percuma jauh-jauh kesini. Ambiance oke, pelayanan yang sangat ramah dan fasih bahasa inggris. Ada 4 menu makanan yang kami pesanan: Lahanosalata (Cabbage Salad), Vodino (Beef Short Rib), Kotopoulo Psistaria (Chicken Spit), Spanakopita (Spinach Bread Cheese), dan Risogalo (Rice Pudding Caramel).
SEMUANYA SUPER ENAK....
Asli ga bohong, enak banget. Kelihatannya ga begitu banyak bumbu, tapi tetap tasty. Kalo ada yang lagi ke daerah Brunswick Lygon Street, wajib banget untuk cobain Hellenic Republic ini.
Ohya, foto di resto ini sudah jam 7 malem lho, kaya masih jam 4 sore ya :D
**Day 3**
Wilson Promp National Park
Sudah puas menikmati city, kami memutuskan untuk jalan-jalan ke pinggiran kota dengan menyewa mobil. Kami menggunakan jasa sewa mobil dari Hertz karena pemesanannya sangat mudah, dapat di-booking via online, dan lisensi internasional ga wajib disini. Selain itu pilihan mobil yang disewa cukup variatif, tinggal disesuaikan aja budget yang kita punya. Tadinya kami hanya menyewa mobil versi sedan Toyota saja karena hanya berdua saja, tapi karena kami mendaftarkan diri sebagai member, malahan kita dikasih priviledge dan dapet mobil Mitsubishi Lancer! Wah sontak suami langsung kegirangan, karena seneng aja bisa nyetir mobil balap. Oya, kalo yang mau tau harga-harga sewa mobil di Hertz, bisa langsung cek disini ya.
Setelah terima kunci, kami siap berangkat. Di Melbourne cara menyetirnya sama dengan Jakarta, hanya rambu di Melbourne lebih banyak (pastinya supaya safe drive ya), kalo melanggar pasti ada sanksi yang langsung ditagihkan ke kartu kredit kita. Meskipun banyak rambu, orang-orang sini menyetir dengan teratur dan tertib, makanya ga ada macet. Kalo pun macet hanya karena menunggu lampu merah aja.
Bisa dibilang ini pertama kalinya aku dan suami off road dengan perjalanan cukup jauh, kurang lebih sekitar 212 km dari kota Melbourne. Seru dan menyenangkan. Mata kami dimanja dengan pemandangan hijau dan peternakan sapi.
Sampai di Wilson Promp, mata kami dimanjakan dengan gunung yang berbukit-bukit dan pohon yang rindang. Area Wilson Promp ini sangat luas, jadi banyak area-area dengan pemandangan dan aktivitas yang berbeda-beda, ada yang camping pake caravan, sekedar main air di pantai dan danau, trekking, duh santai banget deh pokoknya! Kami berdua memutuskan untuk trekking sebentar saja sambil menikmati suasana disana.
Saran kami, karena perjalanannya cukup jauh, sebaiknya sih bawa bekal makanan, minuman dan cemilan, karena mencari makanan di sana agak susah. Aku pun hanya makan siang dengan mie instan dan roti gandum hasil beli dari supermarket kecil disana.
Menjelang sore sekitar jam 3 kami kembali ke area kota, jadi pas bisa menikmati makan malam di sana. Cape tapi seru, pengalaman yang ga kami lupakan, dan kami pun ketagihan untuk off road ke area lain kalo ada kesempatan.
**Day 4**
Miss Marple's, Dandenong
Kalo mendengar nama daerahnya koq kaya suatu kota di Korea Selatan ya hihihi. Ternyata ini adalah salah satu suburb area di Melbourne. Penduduknya bisa dibilang cukup banyak yang tinggal disini, karena jarak ke kota masih ga terlalu jauh, sekitar 30 km (sama lah ya kaya Sudirman-Serpong :D).
Sebetulnya tempat wisata di Dandenong juga ga banyak, kami hanya killing time di malam terakhir kami di Melbourne. Tapi aku penasaran dengan 1 tempat makan yang ramai dan namanya seperti tokoh fiksi di cerita novel Agatha Christie, Miss Marple. Sebelumnya suami pernah kesana, dan dia merekomendasikan tempat ini. Beruntung karena kami pas weekdays, jadi kami ga mengantri lama untuk dapet tempat duduk. Tempatnya unik, bener-bener homey banget. Ga hanya penduduk lokal, tapi juga banyak wisatawan asing yang berkunjung ke tempat makan ini. Berhubung jam brunch, jadi kami hanya memesan kopi dan teh, 1 kue dan 1 kentang panggang. Pas makanannya dateng, alamak, porsinya besar sekali! Plus rasanya enak-enak. Cake coklat dengan pinggiran wipe cream aku pikir bakalan manis banget, ternyata engga! Kami pun sangat kenyang dan skip makan siang. Selain juga makanan dan minuman yang menarik, ada juga menjual selai dari buah seperti selai strawberry, blueberry, dan rasa lainnya, jadi cocok banget untuk buah tangan.
Perut sudah kenyang, kami lanjutkan perjalanan dengan berkeliling di area Dandenong dengan nuansa gunung dan pepohonan yang sangat tinggi. Adem banget lihat yang hijau-hijau, padahal saat itu mataharinya cukup terik, tapi pohon yang tinggi bikin suasana makin adem. Ga sampai sore, kami kembali ke kota untuk berberes dan menikmati sisa malam terakhir di city untuk janjian dengan kerabat suami dan beli lagi sedikit oleh-oleh.
**Day 5**
Queen Victoria Market
Kebetulan jadwal pesawat kepulangan kami masih siang, jadi di pagi hari kami masih sempat sarapan di city. Karena kangen dengan suasana Queen Victoria Market, kami memutuskan untuk kesana, sambil ngebayangin donut isi selai strawberry yang endes banget. Asli, nikmat banget donutnya, selai strawberry yang dipakai juga beneran dari buahnya, jadi masih ada potongan kecil-kecil strawberry. Kalo lagi ke QVM, wajib banget untuk beli donut ini, harganya juga hanya $5 untuk 5 pcs donut yang lembut legit garing. Tapi masih banyak makanan lain disini yang belum kami coba, someday deh kalo balik lagi, sekalian beli-beli buah dan sayur yang segar yang dijual disini.
Dengan jalan-jalan begini, ga cuma sekedar refreshing dari kesibukan kerjaan, tapi juga menambah kekompakan suami istri sehingga jadi lebih saling mengenal satu sama lain. That's why kami doyan travelling dan sebisa mungkin sisihkan uang untuk traveling, meskipun ga backpacker banget dan ga mewah banget juga, yang penting kebersamaannya <3
Thanks for reading
Have a good day!
Xoxo,
Read more : How I Miss You, Melbourne
**Day 1**
Maedaya Japanese Restaurant
Perjalanan dari Perth ke Melbourne makan waktu 3,5 jam, dan ada perbedaan waktu 3 jam antara Perth dan Melbourne tersebut. Jadi 6,5 jam di hari pertama sudah terpakai untuk perjalanan. Bahkan bisa dibilang kami 'skip' makan siang karena ada perbedaan waktu keduanya. Sampai di bandara kami dijemput oleh sahabat kami yang sudah stay disana beberapa tahun. Langsung 'diculik' ke restoran Jepang yang sudah di booking sebelumnya. Ternyata tempatnya ramai banget. Kalo ramai, sudah pasti enak punya. Dan bener, super enak!
Letak restoran ini di area Richmond, kalo di peta sih ga terlalu jauh dari pusat. Variasi makanan di sini juga banyak banget, ga cuma sekedar sushi dan sashimi, tapi ada juga sumiyaki, teppanyaki, rice and noddle, dan side dish lainnya yang bikin ngiler! Kalo pernah makan di Genki, nah cara pemesanannya juga sama, pakai iPad, tapi bedanya anter makanannya ga pake shinkansen hehehehe. Sayang aku ga sempat mendokumentasikan makanan-makanannya, uda keburu laper hihihi. Untuk reservation bisa cek disini ya.
Malamnya kami langsung ke tempat AirBnb yang sudah dibooking. Bersih, mewah, cozy banget, dan stategis, karena dekat banget dengan stasiun tram dan masih di area CBD. Kami baru sempat untuk booking AirBnb ini seminggu sebelum keberangkatan, dan ga 'ngeh' juga kalo yang kita pesan adalah Private Room, bukan Entire House. Jadi pas sampai di apartemen, kami bingung koq ada sepeda, laptop, masih bingung, "ini boleh dipakai semua ya?". Ternyata pemiliknya juga tinggal disitu, hanya beda kamar. Cuma karena pemiliknya lagi keluar jogging sebentar, jadi kami kira ga ada penghuninya. Sepuluh menit kemudian kami bertemu dan ngobrol dengan host disana. Orangnya untungnya baik dan ga mengganggu privasi kami selama 4 malam kami menginap. Detail AirBnb yang kami pesan bisa dilihat disini ya.
**Day 2**
Enjoy The City
Schnitz
Max Brenner
State Library of Victoria
Hellenic Republic
Hari kedua ini kami isi dengan leha-leha menikmati city dan sedikit berbelanja di Queen Victoria Market, sembari mencari informasi untuk bisa menyewa mobil. Kondisi kota di Melbourne ga banyak berubah, hanya lebih ramai dari sebelumnya. Mungkin pendatang yang tinggal disini makin bertambah, karena Melbourne memang salah satu kota nyaman yang terbaik di dunia.
Kalo yang pernah mendengar makanan Chicken Schnitzel, kami selalu suka di tempat makan Schnitz. Enak dan porsinya besar banget, apalagi chipsnya, so far kentang goreng disini yang menurut kami paling enak! Sore harinya ga lupa kami melepas kangen dengan Max Brenner, salah satu kedai coklat terbaik di sini, dan melepas kangen dengan suami yang kemarin-kemarin juga sibuk :p
Di area Schnitz ini juga dekat dengan perpustakaan terbesar di Melbourne. Siapa pun boleh masuk ke sini. Banyak juga yang nongkrong di depan halaman perpustakaan. Sangat luas dan megah, lengkap dengan koleksi buku yang banyak, mungkin koleksinya bisa ratusan ribu buku atau bahkan jutaan. Aku sih ga baca buku disini, hanya sekedar foto dan penasaran aja hehehe... Tapi kalo lagi killing time, boleh bersantai sambil baca buku disini.
Sore harinya kami janjian dengan teman lama yang sudah tinggal di Melbourne beberapa tahun. Pilihan tempat makan kami serahkan ke teman kami, karena mereka ada banyak rekomendasi, salah satunya restoran Yunani. Sebelumnya aku juga ga pernah kebayang makanan Yunani tuh seperti apa? Entah seperti daging-dagingan atau gimana. Nama restorannya Hellenic Republic, yang ternyata pemiliknya salah satu anggota juri Master Chef, George Calombaris. Letaknya di suburb kota Melbourne, tapi ga nyangka, worth it banget! Jadi kami ga percuma jauh-jauh kesini. Ambiance oke, pelayanan yang sangat ramah dan fasih bahasa inggris. Ada 4 menu makanan yang kami pesanan: Lahanosalata (Cabbage Salad), Vodino (Beef Short Rib), Kotopoulo Psistaria (Chicken Spit), Spanakopita (Spinach Bread Cheese), dan Risogalo (Rice Pudding Caramel).
SEMUANYA SUPER ENAK....
Asli ga bohong, enak banget. Kelihatannya ga begitu banyak bumbu, tapi tetap tasty. Kalo ada yang lagi ke daerah Brunswick Lygon Street, wajib banget untuk cobain Hellenic Republic ini.
Ohya, foto di resto ini sudah jam 7 malem lho, kaya masih jam 4 sore ya :D
**Day 3**
Wilson Promp National Park
Sudah puas menikmati city, kami memutuskan untuk jalan-jalan ke pinggiran kota dengan menyewa mobil. Kami menggunakan jasa sewa mobil dari Hertz karena pemesanannya sangat mudah, dapat di-booking via online, dan lisensi internasional ga wajib disini. Selain itu pilihan mobil yang disewa cukup variatif, tinggal disesuaikan aja budget yang kita punya. Tadinya kami hanya menyewa mobil versi sedan Toyota saja karena hanya berdua saja, tapi karena kami mendaftarkan diri sebagai member, malahan kita dikasih priviledge dan dapet mobil Mitsubishi Lancer! Wah sontak suami langsung kegirangan, karena seneng aja bisa nyetir mobil balap. Oya, kalo yang mau tau harga-harga sewa mobil di Hertz, bisa langsung cek disini ya.
Setelah terima kunci, kami siap berangkat. Di Melbourne cara menyetirnya sama dengan Jakarta, hanya rambu di Melbourne lebih banyak (pastinya supaya safe drive ya), kalo melanggar pasti ada sanksi yang langsung ditagihkan ke kartu kredit kita. Meskipun banyak rambu, orang-orang sini menyetir dengan teratur dan tertib, makanya ga ada macet. Kalo pun macet hanya karena menunggu lampu merah aja.
Bisa dibilang ini pertama kalinya aku dan suami off road dengan perjalanan cukup jauh, kurang lebih sekitar 212 km dari kota Melbourne. Seru dan menyenangkan. Mata kami dimanja dengan pemandangan hijau dan peternakan sapi.
Saran kami, karena perjalanannya cukup jauh, sebaiknya sih bawa bekal makanan, minuman dan cemilan, karena mencari makanan di sana agak susah. Aku pun hanya makan siang dengan mie instan dan roti gandum hasil beli dari supermarket kecil disana.
Menjelang sore sekitar jam 3 kami kembali ke area kota, jadi pas bisa menikmati makan malam di sana. Cape tapi seru, pengalaman yang ga kami lupakan, dan kami pun ketagihan untuk off road ke area lain kalo ada kesempatan.
**Day 4**
Miss Marple's, Dandenong
Kalo mendengar nama daerahnya koq kaya suatu kota di Korea Selatan ya hihihi. Ternyata ini adalah salah satu suburb area di Melbourne. Penduduknya bisa dibilang cukup banyak yang tinggal disini, karena jarak ke kota masih ga terlalu jauh, sekitar 30 km (sama lah ya kaya Sudirman-Serpong :D).
Sebetulnya tempat wisata di Dandenong juga ga banyak, kami hanya killing time di malam terakhir kami di Melbourne. Tapi aku penasaran dengan 1 tempat makan yang ramai dan namanya seperti tokoh fiksi di cerita novel Agatha Christie, Miss Marple. Sebelumnya suami pernah kesana, dan dia merekomendasikan tempat ini. Beruntung karena kami pas weekdays, jadi kami ga mengantri lama untuk dapet tempat duduk. Tempatnya unik, bener-bener homey banget. Ga hanya penduduk lokal, tapi juga banyak wisatawan asing yang berkunjung ke tempat makan ini. Berhubung jam brunch, jadi kami hanya memesan kopi dan teh, 1 kue dan 1 kentang panggang. Pas makanannya dateng, alamak, porsinya besar sekali! Plus rasanya enak-enak. Cake coklat dengan pinggiran wipe cream aku pikir bakalan manis banget, ternyata engga! Kami pun sangat kenyang dan skip makan siang. Selain juga makanan dan minuman yang menarik, ada juga menjual selai dari buah seperti selai strawberry, blueberry, dan rasa lainnya, jadi cocok banget untuk buah tangan.
**Day 5**
Queen Victoria Market
Kebetulan jadwal pesawat kepulangan kami masih siang, jadi di pagi hari kami masih sempat sarapan di city. Karena kangen dengan suasana Queen Victoria Market, kami memutuskan untuk kesana, sambil ngebayangin donut isi selai strawberry yang endes banget. Asli, nikmat banget donutnya, selai strawberry yang dipakai juga beneran dari buahnya, jadi masih ada potongan kecil-kecil strawberry. Kalo lagi ke QVM, wajib banget untuk beli donut ini, harganya juga hanya $5 untuk 5 pcs donut yang lembut legit garing. Tapi masih banyak makanan lain disini yang belum kami coba, someday deh kalo balik lagi, sekalian beli-beli buah dan sayur yang segar yang dijual disini.
Dengan jalan-jalan begini, ga cuma sekedar refreshing dari kesibukan kerjaan, tapi juga menambah kekompakan suami istri sehingga jadi lebih saling mengenal satu sama lain. That's why kami doyan travelling dan sebisa mungkin sisihkan uang untuk traveling, meskipun ga backpacker banget dan ga mewah banget juga, yang penting kebersamaannya <3
Thanks for reading
Have a good day!
Xoxo,
0 comments